Archive for Januari 11, 2012

ptk

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN  KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBUATAN LAPORAN KEUANGAN DAN PENUTUPAN SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana

 

Oleh:
Asep Yogi Pamungkas
09403241005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006:4).
Pendidikan dipandang sebagai cara yang tepat untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional. karena melalui pendidikan, manusia mendapatkan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap sehingga dapat berfikir lebih sistematis, rasional, dan kritis terhadapa permasalahan yang dihadapi.
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dengan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Majunya suatu bangsa banyak ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri, karena pendidikan sebagai upaya mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi. Kualitas Sumber Daya Manusia ditentukan oleh bagaimana suatu pendidikan di suatu bangsa. Bila mutu  pendidikan suatu bangsa tinggi maka SDM yang dihasilkan akan tinggi. Tetapi jika mutu pendidikan suatu bangsa rendah maka akan menghasilkan SDM yang rendah.
Keberhasilan SDM dalam pendidikan ditentukan oleh banyak faktor. Yaitu faktor dari individu tersebut. Dalam dunia pendidikan yang disebut dengan faktor individu adalah seorang siswa. Faktor individu adalah faktor yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan seorang siswa. Faktor bagaimana cara dia memotivasi dirinya sendiri untuk belajar, bagaimana cara dia menanggapi rangsangan dari dunia luar, dan bagaimana dia mengontrol emosinya dalam menghadapi proses belajar.
Selain faktor siswa ada faktor lain yang mendukung peningkatan Sumber Daya Manusia dalam dunia pendidikan. Faktor tersebut adalah faktor guru. Faktor guru sangat mendukung keberhasilan dalam proses belajar siswa. Pada saat ini guru harus dapat menguasai kelas dalam kegiatan belajar mengajar. Penguasaan kelas dalam hal ini guru bukan hanya dituntut untuk membuat siswa belajar tetapi guru juga harus dapat membuat siswa aktif dalam proses belajar. Untuk mewujudkan hal itu guru harus benar-benar mengerti model pembelajaran seperti apa yang harus diterapkan. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru harus disesuaikan dengan materi yang dipelajari.  Tidak semua model pembelajaran dapat diaplikasikan dengan semua mata pelajaran. Guru harus cermat dalam memilih metode pembelajaran.
 Guru harus mempunyai gagasan baru atau inovatif dalam mengajar. Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar. Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student center. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Adanya pembelajaran yang inovatif dapat memandu proses belajar secara efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif, berorientasi kekinian, memiliki sintak pembelajaran yang sederhana, mudah dilakukan, dapat mencapai tujuan dan hasil belajar yang disasar.
Akuntansi sebagai salah satu mata pelajaran umum tentunya mendapatkan tanggapan dari siswa SMA sebagai salah satu pelajaran yang sulit. Dalam pelaksanaan pembelajaran di lapangan masih banyak guru yang menerapkan pendekatan konvensional dengan metode ceramah. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran hanya terjadi satu arah sehingga partisipasi siswa untuk belajar sangat minim dan bersifat pasif. Kondisi ini menjadi alasan perlunya partisipasi siswa dalam program pembelajaran secara aktif.
Akuntansi adalah suatu bidang studi yang mempunyai peran penting dalam pendidikan khususnya dalam pendidikan di sekolah. Secara teoritik akuntansi adalah ilmu yang bertujuan mendidik anak manusia agar dapat berfikir secara logis, kritis, rasional dan percaya diri sehingga mampu membentuk kepribadian yang mandiri, kreatif, serta mempunyai kemampuan dan keberanian dalam menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain hal tersebut sebenarnya akuntansi adalah sebuah ilmu yang sudah dipelajari saat kita masih kanak-kanak. Seperti halnya saat kita membeli mainan atau permen itu merupakan sebuah proses akuntansi yang tidak kita sadari.
Terdapat beberapa model pembelajaran inovatif yang bisa diajarkan dalam akuntansi. Macam-macam model pembelajaran tersebut meliputi model pembelajaran reciprocal, jigsaw, kooperatif, kontekstual, realistik, problem solving, problem posing, problem terbuka. Pemilihan dan pelaksanaan model pembelajaran yang tepat oleh guru akan membantu guru dalam menyampaikan pelajaran akuntansi. Pemilihan model pembelajaran dilakukan oleh guru dengan cermat agar sesuai dengan meteri yang akan disampaikan, sehingga siswa dapat memahami dengan jelas setiap materi yang disampaikan dan akhirnya akan mampu membuat proses belajar mangajar lebih optimal dan mencapai keberhasilan dalam pendidikan. Peran guru dalam menciptakan pembelajaran yang menggairahkan, menantang peserta didik dan menyenangkan sangat besar. Sebab itu diperlukan guru yang kreatif, profesional, dan menyenangkan, supaya mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dengan suasanan pembelajaran yang menantang agar siswa merasa tertantang untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru.
Materi Pembuatan Laporan Keuangan dan Penutupan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa meliputi pembuatan laporan keuangan, jurnal penutup, neraca saldo setelah penutupan, dan jurnal pembalik. Pembuatan laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai akuntansi. Laporan keuangan terdiri dari penyusunan kertas kerja, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan neraca. Jurnal penutup adalah ayat jurnal yang digunakan untuk menihilkan atau menutup akun-akun sementara sehingga nilainya menjadi nol. Neraca saldo setelah penutupan adalah neraca saldo yang disusun dari akun buku besar setelah jurnal penutup dicatat. Jurnal pembalik adalah jurnal yang dibuat pada awal periode akuntansi untuk membalik jurnal penyesuain tertentu yang dibuat pada periode sebelumnya. Pembuatan laporan keuangan dan penutupan siklus akuntansi perusahaan jasa menyangkut harta, utang, modal, beban, pendapat yang sebenarnya sudah kita pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melihat tersebut dapat digunakan metode kontekstual dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang mengkaitkan pembelajaran dengan dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif,  nyaman dan menyenangkan.
Model pembelajaran kontekstual bertujuan agar siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah mengelola kelas agar kelas menjadi kondusif untuk belajar. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Dengan demikian ilmu pengetahuan atau keterampilan itu akan ditemukan oleh siswanya sendiri. Keaktifan siswa dalam belajar tersebut akan meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam perakteknya dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual, siswa diharapkan mampu menghubungkan materi dengan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu siswa juga diharapkan dapat menangani dan berpikir kritis tentang masalah atau contoh-contoh yang ada dalam masyarakat sesuai dengan materi yang dipelajari. Dengan demikian mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari itu berguna bagi hidupnya.
SMA Negeri 7 Yogyakarta adalah sebuah sekolah negeri yang berada di kota Yogyakarta. SMA Negeri 7 Yogyakarta terletak di Jalan M.T. Haryono 47, Yogyakarta. SMA ini berdiri pada tangggal 1 Juli 1983. Menurut pengamatan peneliti bahwa tingkat pemahaman siswa masih kurang terhadap akuntansi, yaitu sebesar 61,53% dari 39 siswa. Guru dalam menyampaikan materi masih menggunakan model pembelajaran konvensional dan latihan soal. Proses pembelajaran seperti ini kurang efektif karena bersifat searah atau tidak ada timbal balik antara siswa dengan guru. Akibatnya siswa akan bosan dan kurang aktif dalam proses belajar. Dalam pengamatan peneliti hanya 20 siswa yang aktif dalam mata pelajaran akuntansi dari 39 siswa atau sebesar 51,28%. Mereka hanya mendengarkan guru mengajar tetapi kurang begitu menguasai dalam mengerjakan soal latihan. Ini terbukti dalam mengerjakan soal kelompok banyak siswa hanya mengandalkan pada siswa yang lebih pintar. Di samping itu guru kurang dalam membahas soal latihan yang diberikan sehingga siswa tidak dapat menjawab soal latihan yang dianggap sulit. Akibatnya rata-rata nilai siswa pada mata pelajaran akuntansi 5,12. Adanya nilai yang kurang memuaskan membuat partisipasi siswa pada mata pelajaran akuntansi hanya 17,94% (7 siswa yang ikut berpartisipasi dengan baik). Dari segi psikomotor nilai siswa hanya sebesar 5,59. Dari ke tiga hal tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kurang baik.
Berdasarkan hasil dari beberapa pengamatan peneliti diatas penulis akan meneliti ”MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBUATAN LAPORAN KEUANGAN DAN PENUTUPAN SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012”. Sejauh mana model pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka perlu identifikasi masalah.
Adapun dalam penelitian ini terdapat identifikasi masalah, antara lain:
1.    Pemahaman siswa dalam materi akuntansi masih kurang yaitu sebesar 61,53% dari 39 siswa.
2.    Pembelajaran akuntansi masih menggunakan metode konvensional.
3.    Kurangnya keaktifan siswa dalam proses belajar akuntansi, keaktifan siswa hanya 51,28%.
4.    Kurangnya hasil belajar siswa dalam pelajaran akuntansi.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan mendalam serta dapat mencapai sasaran yang ditentukan maka harus ada pembatasan masalah. Masalah dibatasi pada peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar Siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual  untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dan Hasil Belaja Siswa Pada Pembuatan Laporan Keuangan dan Penutupan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa Siswa Kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah peningkatan Keaktifan Siswa dengan implementasi Model Pembelajaran Kontekstual pada Pembuatan Laporan Keuangan dan Penutupan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA tahun ajaran 2011/2012?
2.    Bagaimanakah peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan implementasi Model Pembelajaran Kontekstual pada Pembuatan Laporan Keuangan dan Penutupan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA tahun ajaran 2011/2012?
3.    Bagaimanakah respon siswa terhadap implementasi Model Pembelajaran Kontekstual pada Pembuatan Laporan Keuangan dan Penutupan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA tahun ajaran 2011/2012?

E. Tujuan Penelitian
Disuatu penelitian pasti memiliki tujuan. Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui:
1.    Peningkatan Keaktifan Siswa dengan implementasi Model Pembelajaran Kontekstual pada Pembuatan Laporan Keuangan dan Penutupan Siklus Akuntansi Perusahaan pada Jasa Siswa Kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA tahun ajaran 2011/2012.
2.    Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan implementasi Model Pembelajaran Kontekstual pada Pembuatan Laporan Keuangan dan Penutupan Siklus Akuntansi Perusahaan pada Jasa Siswa Kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA tahun ajaran 2011/2012.
3.    Respon siswa terhadap implementasi Model Pembelajaran Kontekstual pada Pembuatan Laporan Keuangan dan Penutupan Siklus Akuntansi Perusahaan pada Jasa Siswa Kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA tahun ajaran 2011/2012.

F. Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Teoritis
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran akuntansi utamanya kepada peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi akuntansi baik dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Mengingat model pembelajaran kontekstual ini sangat penting dalam pengajaran akuntansi dan peranannya cukup besar bagi siswa yaitu memberikan gambaran tentang kemampuan siswa dalam bidang akuntansi. Oleh karena itu guru mempunyai keyakinan untuk menerapkannya dalam pembelajaran akuntansi.

2.    Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Dapat digunakan sebagai informasi untuk meningkatkan keaktifan siswa sehingga hasil belajar meningkat.
b. Bagi Guru
1)    Mampu memberikan masukan kepada guru pada umumnya dan guru akuntansi pada khususnya, tentang pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar akuntansi ditinjau dari keaktifan siswa.
2)    Sebagai bahan pertimbangan dan acuan guru dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran.
c. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam tahap pembinaan diri sebagai calon pendidik.
d. Bagi peneliti lainnya
Dapat digunakan sebagai bahan acuan, pertimbangan, dan pengembangan peneliti ilmu yang sejenis.

BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori
1.    Keaktifan Siswa.
a.    Pengertian keaktifan siswa
Menurut Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas 2005 : 31) belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif atau hanya menerima informasi dari guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan oleh guru, oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengingatkan yang baru saja diterima dari guru.
Keaktifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah kegiatan. Keaktifan siswa adalah kegiatan yang dilakukan oelh siswa yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri siswa karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan.
Menurut Martinis Yamin (2007: 80- 81) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala : (1) pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, (2) guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar (3) tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar), (4) pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep, dan (5) melakukan pengukuran secara kontinew dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

b.    Jenis-jenis keaktifan dalam belajar siswa
Menurut Paul D. Dierich (dalam Oemar Hamalik 2001: 172) keaktifan belajar dapat diklasifikasikan dalam kelompok, yaitu:
1)    Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2)    Kegiatan-kegiatan lisan
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
3)    Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4)    Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket.
5)    Kegiatan-kegiatan menggambarkan
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6)    Kegiatan-kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun.
7)    Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan

8)    Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan overlap satu sama lain.

Menurut Uzer Usman ( 2004:26) cara untuk memperbaiki dan meningkatkan keterlibatan siswa atau keaktifan siswa dalam belajar adalah sebagai berikut :
1)    Cara memperbaiki keterlibatan kelas
a)    Abadikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar
b)    Tingkatkan partisipasi siswa secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar dengan menuntut respon yang aktif dari siswa. Gunakan contoh-contoh dalam teknik mengajar, motivasi dan penguatan.
c)    Masa transisi antara berbagai kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara tepat dan luwes.
d)    Berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai
e)    Usahakan agar pengajaran dapat menarik minat murid, untuk itu guru harus mengetahui minat siswa dan mengaitkanya dengan bahan dan prosedur pengajaran.
2)    Cara meningkatkan keterlibatan siswa
a)    Kenalilah dan bantulah anak-anak yang kurang terlibat. Selidiki apa yang menyebabkanya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk menigkatkan prestasi anak tersebut.
b)    Siapkan siswa secara tepat. Persyaratan awal apa yang diperlukan anak untuk mempelajari tugas belajar yang baru.
c)    Sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan usaha dan keinginan siswa untuk berfikir secara aktif dalam kegiatan belajar.

c.    Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007: 84) faktor-faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu :
1)    Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam   kegiatan pembelajaran.
2)    Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).
3)    Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.
4)    Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).
5)    Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
6)    Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
7)    Memberi umpan balik (feed back)
8)    Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.
9)    Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

Keaktifan siswa dapat dilihat dari:
1)    Perhatian siswa terhadap penjelasan guru,
2)    Kerjasama dalam kelompok,
3)    Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli,
4)    Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dalam kelompok asal,
5)    Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok,
6)    Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat,
7)    Memeberi gagasan yang cemerlang
8)    Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang
9)    Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain
10)    Memanfaatkan potensi anggota kelompok
11)    Saling membantu dan menyelesaikan masalah.

2.    Hasil Belajar Siswa.
a.    Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru (Dimyati dan Mudjiono, 2006:250-251). Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (2006:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:

1.    Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2.    Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3.    Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar:
1)    Keterampilan dan kebiasaan
2)    Pengetahuan dan pengertian
3)    Sikap dan cita-cita
Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
b.    Hasil Belajar Akuntansi
Hasil adalah akibat, kesudahan dari suatu ujian dan sebagainya Tim Penyusun KBBI (2002:139). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2003:2). Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang  menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan nilai, sikap (Darsono,2000:4).
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibanding dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.
Mata pelajaran akuntansi mengembangkan teori teori untuk menjelaskan fakta secara rasional. Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya. Fungsi utama akuntansi adalah sebagai informasi keuangan suatu organisasi. Dari laporan akuntansi dapa melihat posisi keuangan sutu organisasi beserta perubahan yang terjadi di dalamnya. Akuntansi dibuat secara kualitatif dengan satuan ukuran uang.
Jadi hasil belajar akuntansi adalah akibat suatu aktivitas yang dapat diketahui perubahannya dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap setelah melalui suatu ujian dalam bidang ilmu ekonomi nilai sikap setelah melalui suatu ujian dalam bidang akuntansi.
c.    Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi
Menurut Adi D, (2001), dalam kamus bahasanya istilah peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang berarti lapis dari sesuatu yang bersusun dan peningkatan berarti kemajuan. Sedangkan hasil belajar akuntansi adalah akibat suatu aktivitas yang dapat diketahui perubahannya dalam pengetahuan atau pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap setelah melalui suatu ujian dalam bidang ilmu ekonomi nilai sikap setelah melalui suatu ujian dalam bidang  akuntansi.
Jadi peningkatan hasil belajar akuntansi adalah kemajuan yang diperoleh oleh siswa dalam melakukan kegiatan belajar akuntansi yang dapat dilihat dari kemajuan pengetahuan atau pemahamannya, keterampilan, nilai, dan sikap. Slameto mengemukakan prestasi belajar yang dicapai individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebuat antara lain:
1)    Faktor internal, meliputi :
a)    Faktor jasmaniah terdiri atas faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b)    Faktor psikologi yang terdiri atas intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.

2)    Faktor eksternal, meliputi :
a)    Faktor sosial yang terdiri atas :
(1)     Lingkungan keluarga terdiri atas cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga
(2)    Lingkungan sekolah terdiri atas metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar, tugas belajar dan peran guru dalam proses belajar
(3)     Lingkungan masyarakat terdiri atas kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat
b)    Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian
c)    Faktor lingkungan seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim
d)    Faktor lingkungan spiritual dan keamanan
d.    Mengukur Hasil Belajar
Pengukuran diartikan sebagai prosedur pemberian angka (biasa disebut skor) kepada suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki seseorang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan yang jelas (Zainul & Nasution, 1993:6). Pengukuran adalah proses kuantifikasi, hasilnya selalu digambarkan dalam angka-angka (Nol). Demikian juga halnya dengan pengukuran dalam bidang pendidikan, yang diukur adalah atribut atau karakteristik siswa, misalnya pengetahuannya, keterampilannya dan sikapnya.
Ada tiga (3) ranah atau aspek yang harus dilihat tingkat keberhasilanya yang dapat sicapai siswa yaitu:
1)    Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) yang bertujuan mengukur pengembangan penalaran siswa. Pengukuran ini dapat dilakukan setiap saat (dalam artu pengukuran formal) misalnya pada setiap satu materi pelajaran telah diberikan pengukuran kognitif dapat langsung dilakukan. Dan dengan berbagai macam cara, baik dengan tes tertulis maupun lisan dan perbuatan (Anas Sudijono:2007:48-51)
2)    Ranah afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Pengkuran ranah afektif berhubungan dengan perubahan tingkah laku siswa yang relatif lama. “Sasaran penilaian ranah afektif adalah perilaku siswa bukan pada pengetahuanya (Anas Sudijono:2007:48-51).
3)    Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar dalam ranah psikomotor adalah observasi. Obsevasi dalam hal ini, dapat diartikan sebagai jenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku, atu fenomena lain dengan pengamatan langsung. Guru yang hendak melakukan observasi perilaku psikomotor siswa seharusnya mempersiapkan langkah-langkah yang cermat dan sistematis (Anas Sudijono:2007:48-51).
e.    Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar
1)    Tujuan Penilaian Hasil Belajar
a)  Tujuan Umum :
(1)  Menilai pencapaian kompetensi peserta didik;
(2)    Memperbaiki proses pembelajaran;
(3)    Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.
b)  Tujuan Khusus :
(1)    mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa,
(2)    mendiagnosis kesulitan belajar,
(3)    memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar,
(4)    penentuan kenaikan kelas,
(5)    memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.
2)    Fungsi Penilaian Hasil Belajar
Fungsi penilaian hasil belajar sebagai berikut.
a)  Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
b)  Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.
c)  Meningkatkan motivasi belajar siswa.
d)  Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.

f.    Prinsip-prinsip penilaian Hasil Belajar
Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar, pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut:
1)    Valid/sahih
Penilaian hasil belajar oleh pendidik harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan standar kompetensi lulusan. Penilaian valid berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi.
2)    Objektif
Penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai, perbedaan latar belakang agama, sosial-ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional.
3)    Transparan/terbuka
Penilaian hasil belajar oleh pendidik bersifat terbuka artinya prosedur penilaian, kriteria penilaian dan dasar pengambilan  keputusan terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan.

4)    Adil
Penilaian hasil belajar tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
5)    Terpadu
Penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
6)    Menyeluruh dan berkesinambungan
Penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
7)    Bermakna
Penilaian hasil belajar oleh pendidik hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, bermanfaat, dan dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak, terutama guru, peserta didik, dan orangtua serta masyarakat
8)    Sistematis
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah langkahbaku.

9)    Akuntabel
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
10)    Beracuan kriteria
Penilaian hasil belajar oleh pendidik didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

3. Model Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri pada  paradigma konstruktivistik.
Pembelajaran inovatif yang berlandaskan paradigma konstruktivistik membantu siswa untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru. Tujuh nilai utama konstruktivisme adalah kolaborasi, otonomi individu, generativitas, reflektivitas, keaktifan, relevansi diri, dan pluralisme. Nilai-nilai tersebut menyediakan peluang kepada siswa dalam pencapaian pemahaman secara mendalam.
Seting pengajaran konstruktivistik yang mendorong konstruksi pengetahuan secara aktif memiliki beberapa ciri: (1) menyediakan peluang kepada siswa belajar dari tujuan yang ditetapkan dan mengembangkan ide-ide secara lebih luas; (2) mendukung kemandirian siswa belajar dan berdiskusi, membuat hubungan, merumuskan kembali ide-ide, dan menarik kesimpulan sendiri; (3) sharing dengan siswa mengenai pentingnya pesan bahwa dunia adalah tempat yang kompleks di mana terdapat pandangan yang multi dan kebenaran sering merupakan hasil interpretasi; (4) menempatkan pembelajaran berpusat pada siswa dan penilaian yang mampu mencerminkan berpikir divergen siswa.
Tujuan belajar menurut paradigma konstruktivistik mendasarkan diri pada tiga fokus belajar, yaitu:
a.    Proses
Fokus yang pertama adalah proses, mendasarkan diri pada nilai sebagai dasar untuk mempersepsi apa yang terjadi apabila siswa diasumsikan belajar. Nilai tersebut didasari oleh asumsi, bahwa dalam belajar, sesungguhnya siswa berkembang secara alamiah. Oleh sebab itu, paradigma pembelajaran hendaknya mengembalikan siswa ke fitrahnya sebagai manusia dibandingkan hanya menganggap mereka belajar hanya dari apa yang dipresentasikan oleh guru. Implikasi nilai tersebut melahirkan komitmen untuk beralih dari konsep pendidikan berpusat pada kurikulum menuju pendidikan berpusat pada siswa. Dalam pendidikan berpusat pada siswa, tujuan belajar lebih berfokus pada upaya bagaimana membantu para siswa melakaukan revolusi kognitif.
b.    Transfer belajar
Fokus yang kedua adalah transfer belajar, mendasarkan diri pada premis “siswa dapat menggunakan dibandingkan hanya dapat mengingat apa yang dipelajari”. Satu nilai yang dapat dipetik dari premis tersebut, bahwa belajar bermakna harus diyakini memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan belajar menghafat, dan pemahaman lebih baik dibandingkan hafalan. Sebagai bukti pemahaman mendalam adalah kemampuan mentransfer apa yang dipelajari ke dalam situasi baru.
c.    Bagaimana belajar
Fokus yang ketiga adalah bagimana belajar (how to learn) memiliki nilai yang lebih penting dibandingkan dengan apa yang dipelajari (what to learn). Alternatif pencapaian learning how to learn, adalah dengan memberdayakan keterampilan berpikir siswa. Dalam hal ini, diperlukan fasilitas belajar untuk ketarampilan berpikir. Belajar berbasis keterampilan berpikir merupakan dasar untuk mencapai tujuan belajar bagaimana belajar (Santyasa, 2003).

4. Model Pembelajaran Kontekstual.
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran atau lebih terkenal dengan sebutan Contexstual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengkaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata si siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapanya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Berangkat dari konsep ini diharapkan hasil pembelajaran akan lebih bermakna. Proses pembelajaran akan berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran kontekstual dalam pelaksanakannya didasarkan pada lima prinsip yaitu “keterkaitan atau relevansi (relating), pengalaman langsung (experiencing), penerapan atau aplikasi (applying), kerjasama (cooperating), alih pengetahuan (transferring)” (Gafur, 2003 : 3). Kelima prinsip tersebut, masing-masing memiliki teknik yang berbeda, oleh sebab itu, pembelajaran akan berlangsung secara veriatif, kreatif, aktif dan rekreatif. Uraian masing-masing prinsip dan teknik tersebut sebagai berikut .
a.    Prinsip Keterkaitan, Relevansi (Relating)
Pembelajaran kontekstual hendaknya senantiasa memperhatikan adanya keterkaitan atau kesesuaian antara pengetahuan, keterampilan bakat, dan minat yang telah dimiliki siswa dengan unsure-unsur pembelajaran yang dipersiapkan oleh guru (media, materi, alat bantu dll). Di samping itu, keterkaitan kedua hal tersebut di atas harus pula memiliki keterkaitan dengan konteks sosial dalam kehidupan nyata.
Pembelajaran hendaknya ada keterkaitan (relevansi) dengan bekal pengetahuan (prerequisite knowledge) yang telah ada pada diri siswa, relevansi antar internal seperti bekal pengetahuan, keterampilan, bakat, minat, dengan faktor eksternal seperti ekspose media dan pembelajaran oleh guru dan lingkungan luar), dan dengan konteks pengalaman dalam kehidupan dunia nyata seperti manfaat untuk bekal bekerja di kemudian hari dalam kehidupan masyarakat (Gafur, 2003:3).

b.    Prinsip Pengalaman Langsung (Experiencing)
Untuk memberikan dan menambahkan penguatan pemahaman serta pemaknaan siswa terhadap materi pembelajaran, dalam pembelajaran konstekstual, guru harus memperhatikan, memahami, dan melaksanakan prinsip pemgalaman langsung. Bahkan pengalaman langsung atau experiencing merupakan“ jantung pembelajaran kontekstual“ (Gafur, 2003: 2 ).

c.    Prinsip Aplikasi (Applying)
Salah satu indikator bahwa siswa mampu menerapkan pengetahuan, diantaranya adalah siswa mampu menerapkan, mengkomunikasikan, serta mampu memanfaatkan dalam situasi yang berbeda ( dari situasi pembelajaran ke situasi dunia nyata).
d.    Prinsip Kerjasama (Cooperating)
Penerapan prinsip kerjasama dalam pembelajaran kontekstual, tidak hanya membantu para siswa dalam upaya menguasai materi pembelajaran tetapi juga memberikan wawasan kepada mereka bahwa penyelesaian suatu masalah atau tugas diperlukan kerjasama dalam bentuk tim kerja. Hal ini akan menggiring pemikiran siswa bahwa dalam penyelesaian suatu masalah atau tugas dalam kehidupan yang nyata, diperlukan pula kerjasama dalam bentuk tim sehingga hasil yang dicapai akan lebih baik. Pemikiran ini akan tumbuh pada diri para siswa, apabila mereka dibekali pengalaman langsung tentang ketrjasama baik dalam proses belajar di kelas maupun di luar kelas. Metode pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan prinsip ini antara lain metode eksperimen, diskusi, bermain peran, simulasi, problem solping. Teknik pembelajaran yang dapat digunakan misalnya Tanya jawab, komunikasi interaktif, dan menyusun laporan.
e.    Prinsip Alih Pengetahuan ( Transferring)
Prisip alih pengetahuan dalam pembelajaran kontekstual merupakan pengembangan dari prinsip aplikasi. Selain siswa mampu menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam situasi yang berbeda,bahkan diharapkan mampu mengembangkan dan menemukan konsep baru. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran kontekstual antara lain “ siswa mampu menerapkan materi yang telah dipelajarai untuk memecahkan masalah-masalah baru merupakan penguasaan strategi kognitif atau pencapaian tujuan pembelajaran dalam bentuk menemukan (finding)” (Gagne,Reigeluth & Merrill dalam Gafur,2003:3).

Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modelling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inquiry, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (review, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktifitas usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif mungkin dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
Guru dalam CTL bertindak sebagai fasilator dan mentor yang ahli dan selalu mendampingi siswa dalam kegiatan kelompok masing-masing sekaligus mengarahkan bila terjadi menyimpangan dalam diskusi.
Skedul pelaksanaan pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut:
Tahap I :
a. Pembelajaran kelompok.
b. Penyampaian materi dan masalah dari guru.
c. Siswa memilih sendiri masalah untuk kelompoknya.
Tahap II:
a. Siswa diskusi dengan anggota kelompok.
b. Tiap siswa harus mengetahui dan menguasai hasil pembahasanya.
Tahap III:
a. Penyampaian hasil diskusi kelompok pada kelas
b. Siswa kelompok lain member tanggapan.

5. Materi Jurnal Penutup dan Jurnal Pembalik
a.    Jurnal Penutup
1)    Pengertian jurnal penutup
Saldo akun yang terdapat dalam laporan laba/rugi merupakan saldo sementara. Dengan kata lain, saldo tersebut tidak dibawa atau dipindahkan ke periode akuntansi berikutnya. Contohnya adalah penarikan oleh pemilik ( perubahan modal) yang bersifat sementara. Laporan ini hanya menunjukan perubahan modal untuk satu periode akuntansi saja. Karena bersifat sementara, saldo-saldo pada laporan laba/rugi dan penarikan oleh pemilik harus ditutup, atau di nol-kan. Untuk menutup akun yang bersangkutan, diperlukan jurnal penutup. Jurnal penutup dibuat pada akhir periode akuntansi yang tujuan adalah untuk menutup akun pada lap.oran laba/rugi dan akun prive ( penarikan modal pribadi). Sehingga jurnal penutup adalah ayat jurnal yang digunakan untuk menihilkan atau menutup akun-akun sementara sehingga nilainya menjadi nol (0). Akun-akun yang memerlukan jurnal penutup adalah:
a)    Akun pendapatan
b)    Akun beban
c)    Akun prive
d)    Akun laba atau saldo rugi
2)    Menyusun jurnal penutup
a)    Memindahkan Akun Pendapatan
Semua akun pendapatan di debit sebesar saldo akhir masing-masing akun dan menkredit akun ihktisar laba/rugi  dengan jumlah semua akun pendaptan. Jurnal ini tampak sebagai berikut:

Pendapatan            Rp XX    
    Ikhtisar laba/rugi        Rp XX

b)    Memindahkan Akun Beban
Semua akun beban dikredit sebesar masing-masing saldo akhir dan mendebit akun ikhtisar laba rugi dengan jumlah dari semua akun beban.
Ikhtisar laba/rugi        Rp XX
Beban                Rp XX
c)    Memindahkan Akun Prive
Mengkreditkan akun prive dengan jumlah saldonya, dan mendebitkan akun ikhtisar laba rugi dengan jumlah tersebut, jurnal penutupnya sebagai berikut:
Ekuitas                Rp XX
Ikhtisar laba/rugi        Rp XX
d)    Memindahkan Saldo Laba/Rugi
Untuk saldo laba/laba bersih, dengan mendebitkan akun Ikhtisar laba/rugi dengan jumlah saldo laba ( laba bersih) dan mengkreditkan akun ekuitas dengan jumlah tersebut. Jurnal penutupnya adalah sebagai berikut:
Ikhtisar laba/rugi        Rp XX
Ekuitas             Rp XX
Laba saldo rugi/ rugi bersih, dengan mengkreditkan akun Ikhtisar laba/rugi sejumlah saldo rugi dan mendebitkan aku ekuitas dengan jumlah tersebut, jurnal penutupnya adalah sebagai berikut :
Ekuitas                Rp XX
Ikhtisar laba/rugi        Rp XX
3)    Menutup akun buku besar
Akun buku besar sepanjang tahun dapat dicatat berdasarkan jurnal dan pada akhir tahun dilengkapi dengan jurnal penyesuaian. Akun buku besar belum ditutup pada waktu kertas kerja selesai dikerjakan. Setelah kertas kerja selesai dikerjakan, langkah berikutnya adalah membuat jurnal penutup, yang kemudian dipindahbukukan ke buku besar yang bersangkutan. Setelah jurnal penutup dicatat ke buku besar, maka akun tersebut akan menjadi dua bagian, yaitu:
a)    Akun terbuka atau akun neraca
b)    Akun tak bersaldo yang merupakan akun nominal.
4)    Neraca saldo setelah penutupan
Neraca saldo setelah penutupan adalah neraca saldo yang disusun dari buku besar setelah jurnal penutup dicatat. Tujuan pembuatan jurnal penutup adalah untuk mengetahui apakah saldo-saldo akun terbuka (neraca) seimbang dan sebagai dasar membuka buku besar tahun berikutnya.
Neraca saldo setelah penutupan dibuat dengan mencantumkan saldo-saldo akun terbuka (akun neraca). Jadi sebenarnya neraca saldo setelah penutupan sama dengan angka-angka yang terdapat pada akun terbuka dan merupakan saldo awal tiap akun pada periode berikutnya.

b.    Jurnal Pembalik
Jurnal pembalik artinya jurnal yang dibuat pada awal periode akuntansi untuk membalik jurnal penyesuain tertentu yang dibuat pada periode sebelumnya. Jurnal pembalik ini dilakukan dengan tujuan agar pencatatan dalam periode berikutnya dapat dilakukan dengan mudah, serta mencagah terjadinya kekeliruan menjurnal pada saat jatuh temponya.
    Pada dasarnya ada empat jurnal penyesuaian yang memerlulkan jurnal pembalik, yaitu sebagai berikut:
1)    Biaya yang masih harus dibayar dimuka
2)    Biaya dibayar dimuka
3)    Pendapatan yang masih harus diterima
4)    Pendapatan diterima simuka

B. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini didukung oleh penelitian dari Sri Yuniati Wulandari yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Belajar Akuntansi Materi Jurnal Umum Melalui Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).” Penelitian tersebut dilaksanakan pada tahun 2009 dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan-tahapan metode pembelajaran CTL yang dimulai dari membangun pengetahuan, menemukan, bertanya, diskusi, permodelan, refleksi dan evaluasi ternyata efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi materi jurnal umum.
Guru dan siswa telah mampu melaksanakan metode pembelajaran CTL dengan maksimal. Hal ini ditandai dengan peningkatan aktivitas guru dalam mengajar yang semula 73,61% pada siklus I menjadi 87,50% pada siklus II. Sedangkan aktivitas siswa selama pembelajaran pada siklus II juga meningkat yang semula 70,61% pada siklus I menjadi 90,04% pada siklus II. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan, yang pada siklus I ketuntasan belajarnya mencapai 71,88% menjadi 87,50% pada siklus II. Indikator keberhasilan dalam PTK ini telah tercapai pada siklus II, sehingga tidak diperlukan adanya pembelajaran pada siklus I.
Penelitian yang dilakukan oleh  Asma Yulis Setyowati (2007) dengan judul “Hasil Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dengan Model TGT (Teams Games Tournament) Pada Mata Pelajaran Akuntansi SMK PGRI 2 Malang”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan membandingkan skor perkembangan siswa berdasarkan nilai kemampuan awal (Pre test) dan nilai kemampuan akhir (post test) siswa kelas eksperimen. Adapun sikap dan ketrampilan siswa diukur melalui observasi selama pembelajaran berlangsung. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 Ak1 SMK PGRI 2 Malang. Hasil analisis diperoleh thitung sebesar 7,488 sedangkan ttabel sebesar 2,080 dengan tingkat signifikansi (0,000) <  (0,05) maka Ho ditolak atau ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan model TGT. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan (post test) lebih baik daripada hasil belajar siswa sebelum diberi perlakuan (pre test), hal ini karena siswa telah belajar di rumah sebelum mengikuti pelajaran di sekolah, dan siswa telah mempersiapkan materi sebelumnya.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Budi Nugraha W yang berjudul “Efektivitas pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) dalam Pembelajaran Akuntansi Berbasis Kompetensi Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2005/2006”. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu dengan rancangan Matched Group Design. Populasi adalah seluruh siswa kelas XI program Ilmu Sosial SMA Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2005/2006, yang berjumlah 198 siswa. Sampel penelitian diambil dengan teknik random sampling. Sampel penelitian berjumlah 80 siswa yang berasal dari dua kelas, yaitu kelas XI IS-2 sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI IS-3 sebagai kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data untuk nilai kemampuan awal digunakan teknik dokumentasi, sedangkan pengumpulan data untuk nilai akhir menggunakan test objektif. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistik t-test. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh harga Me = 75,4 dan Mk = 68,3, hal tersebut dapat diartikan bahwa nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelompok kontrol. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan uji-t (t-test) diperoleh nilai thit sebesar 6,784, sedangkan pada db = 77 dan taraf signifikansi 5 % harga ttab menunjukkan nilai sebesar 1,667, sehingga dapat disimpulkan bahwa thit > ttab atau 6,784 > 1,667. Berdasarkan hasil analisis diatas, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual lebih efektif, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa “Pendekatan kontekstual lebih efektif daripada pendekatan konvensional ditinjau dari prestasi belajar siswa pada pembelajaran akuntansi untuk kelas XI semester genap SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2005/2006 teruji kebenarannya”.

C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori bahwa proses pembelajaran di kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA masih berjalan monoton, masih menggunakan metode ceramah dan latihan soal, keaktifan siswa masih kurang sehingga hasil belajar siswa masih rendah. Pada umumnya siswa masih pasif dalam mengikuti pelajaran. Dengan melihat situasi demikian, maka perlu dilakukan pemecahan masalah melalui penerapan pembelajaran yang berpusat kepada anak didik. Alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran kontekstual dengan menggunakan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual lebih mengkaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata si siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapanya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat.  Dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual siswa diharapkan akan berfikir kritis dan dapat menigkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

D. Hipotesis
1.    Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dapat Meningkatkan Keaktifan Siswa pada Pembuatan Laporan Keuangan dan Penutupan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA Tahun Ajaran 2011/2012.
2.    Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembuatan Laporan Keuangan dan Penutupan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA Tahun Ajaran 2011/2012.
3.    Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual mendapatkan respon positif dari siswa dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar Siswa pada Pembuatan Laporan Keuangan dan Penutupan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA Tahun Ajaran 2011/2012.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, yang lebih mengutamakan pada masalah proses dan makna atau persepsi, maka jenis penelitian dengan desain yang cocok dan relevan adalah penelitian tindakan kelas. Metode yang digunakan terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi  (suharsimi Arikunto, 2007: 16).
Prosedur penelitian tindakan yang diterapkan dapat dilihat dari langkah langkah penelitian yang diilustrasikan dalam dua siklus sebagai berikut:

Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan Model Kemmis & Tanggart (Rochiati Wiriaatnaja, 2009:66)
Keterangan :
1.    Perencanaan Pertama
2.    Tindakan Pertama
3.    Pengamatan Pertama (observasi)
4.    Refleksi Pertama
5.    Revisi terhadap Perencanaan Pertama
6.    Tindakan Kedua
7.    Pengamatan Kedua (Observasi 2)
8.    Refleksi kedua
 Dengan berpedoman pada evaluasi diatas, maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Tahap pertama atau siklus I ( Metode kontekstual )
a)    Perencanaan (planning).
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah menyusun program pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran kontekstual. Dengan pendekatan kooperatif memusatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok.
b)    Pelaksanaan tindakan (action).
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini berbentuk proses interaksi antara guru dengan siswa. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan desain pembelajaran dengan menggunakan indikator modeling yaitu pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh.
1)    Tahap persiapan
a)    Langkah pertama guru mengajukan pertanyaan pengetahuan prasyarat siswa
b)    Langkah kedua guru menyatakan kegiatan utama pembelajaran
c)    Langkah ketiga menyatakan permasalahan
d)    Langkah keempat membentuk kelompok Diskusi kecil beranggotakan empat sampai lima siswa.
2)    Tahap kegiatan inti
Langka kelima menggunakan kasus dalam kehidupan nyata dengan cara :
a)    Bahan tersebut di diskusikan dengan kelompoknya masing-masing,
b)    Setelah diskusi kelompok selesai, masing-masing kelompok mempresentasekan hasil diskusinya ,
c)    Guru bersama siswa membahas kembali tentang masalah dalam kasus.
3)    Tahap akhir
a)    Langkah keenam memberikan kuis kepada siswa,
b)    Langkah ketujuh menarik kesimpulan,
c)    Langkah kedelapan menutup proses pembelajaran dengan memberikan tugas penguatan materi.
c)    Observasi (observation).
Pada tahap ini dilaksanakan tahap observasi terhadap pelaksanaan tindakan. Alat observasi yang digunakan adalah lembar observasi yang telah disusun. Sebagai observator pada kegiatan ini adalah kepala atau salah seorang guru yang ditugasi.
d)    Refleksi (reflektion).
Hasil yang diperoleh dalam tahap obserfasi dikumpulkan dan dianalisa. Dari proses menganalisa terhadap observasi, guru dapat merefleksi diri apakah tindakan yang digunakan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengenal akuntansi.
2.    Putaran ke dua atau siklus ke II
Putaran ke dua atau siklus ke II dilakukan apabila siklus yang dilakukan belum sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Apabila belum juga berhasil makan akan dilakukan untuk putaran berikutnya.

B.  Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada bulan Mei 2010. Penelitian ini dilaksanakan di SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA. Penelitian ini ditujukan untuk kelas XI IPS. Yaitu kelas XI IPS 1 yang berjumlah 39 siswa. Dalam penelitian ini komponen yang terlibat langsung adalah peneliti, guru, dan siswa.

C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih maksimal atau lebih baik.
Instrument dalama penelitian ini adalah:
1.    Peneliti, dalam hal ini peneliti berkolaborasi dengan guru akuntansi yang bersangkutan sebagai instrument utama
2.    Lembar pengamatan dan catatan lapangan, catatan lapangan digunakan untuk mencatat semua kejadian selama proses penelitian berlangsung .      “ sumber informasi yang sangat penting dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi.” (Rochiati W, 2006 ; 125) hal ini dikarenakan berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi antar individu.
Adapun aspek yang diamati dalam implementasi model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa pada materi pembuatan laporan keuangan dan penutupan siklus akuntansi perusahaan jasa yaitu:

Tabel 1. Pedoman Penilaian Presentase Keaktifan Siswa
No    Kegiatan    Keaktifan Siswa
1    Memperhatikan penjelasan guru    
2    Membuat rencan belajar    
3    Memberikan ide-ide atau pendapat    
4    Menerima pendapat orang lain    
5    Menanggapi pendapat orang lain    
6    Siswa bertanya    
7    Siswa melakukan tugas yang diberikan kepada kelompok    
8    Kepedulian sesama anggota kelompok lain    
9    Presentasi hasil diskusi    

3.    Instrumen berupa test, instrumen ini digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar akuntansi siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar.
a.    Penilaian secara kognitif
Penilaian secara kognitif dilakukan dengan cara melakukan tes pada akhir siklus. Tes berupa pendalaman materi yang sedang dibahas.

b.    Penilaian secara afektif
Penilaian secara afektif dilakukan dengan cara pengamatan kepada siswa pada setiap siklus. Adapun pengamatan yang dilakukan sebagai berikut:
Tabel 2. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Secara Afektif
no    Keterangan     
1    Penilaian     1)    Bertanggung jawab
2)    Kegigihan dalam mengerjakan soal
3)    Partisipasi atau kepedulian kelompok
4)    Memberikan saran dalam diskusi
5)    Siswa bertanya
6)    Percaya  diri dalam menjawab
7)    Sikap saat mengerjakan soal
2    Sekor/kriteria    1)    8,0-9,0 (A)
2)    7,0-7,9 (B)
3)    6,0-6,9 (C)
4)    5,0-5,9 (D)
5)    4,0-4,9 (E)

c.    Penilaian secara psikomotor
Penilaian secara psikomotor dilakukan dengan cara pengamatan dalam mengerjakan soal yang diberikan kepada siswa pada setiap siklus. Adapun pengamatan yang dilakukan sebagai berikut:
Tabel 3. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Secara Psikomotor
No    Aspek Psikomotor yang Dinilai    Pemberian Scor
1    Kerapihan dalam menulis    Untuk setiap aspek yang dinilai:
1.    Skor = 10, bila dilakukan secara tepat.
2.    Skor = 8, bila dilakukan tepat.
3.    Skor = 6, bila dilakukan agak tepat
4.    Skor = 4, bila dilakukan tidak tepat
5.    Skor = 2, bila dilakukan sangat tidak tepat
2    Cara dalam membuat kolom pada Jurnal Penutup, Neraca Saldo Setelah Penutupan, dan Jurnal Pembalik    
3    Kerapihan dalam membuat kolom    
4    Kebenaran dalam pengisian setiap kolom    
5    Kecermatan dalam emnentukan debet dan kredit    

4. Angket
Anget digunakan untuk mengetahui respon siswa kelas XI IPS 1 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA terhadap model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran  pembuatan laporan keuangan dan penutupan siklus akuntansi perusahaan jasa.
Tabel 4. Kisi-kisi Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran Kontekstual
No.    Komponen    Indikator    No. Item    Jumlah Item
1.     Tatap muka    –    Interaksi dengan guru    1,2,3,4,5,    5
2.
    Saling ketergantungan satu sama lain
    –    Bekerjasama dalam kegiatan kelompok    6,7,8    3
3.     Tanggung jawab    –    Memahami materi
–    Menyelesaikan tugas    9,10,11,12,13    5
4.    Komunikasi Menjalin Hubungan Antar Anggota
    –    Kemampuan berbicara     14,15,16,17    4
5.     Pemahaman     –    Metode kontekstual    18, 19, 20    3

D.  Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dengan pengamatan langsung aktivitas di kelas dan pengukuran hasil belajar akuntansi. Pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti. Aspek yang diamati merupakan proses pembelajaran akuntansi yang dirancang dengan menerapkan model kontekstual dengan memberikan soal test diakhir siklus.
Data hasil penelitian yang terhimpun diklasifikasikan atas dua jenis data yaitu kualitasif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa nilai para siswa pada setiap siklus.

E.  Indikator Keberhasilan
suatu tindakan dikatakan berhasil apabila mampu mencapai kriteria yang ditentukan. Dalam penelitian ini, keberhasilan tindakan dapat dilihat dari adanya peningkatan terhadap aktivitas belajar dan hasil belajar.
1.    Peningkatan aktivitas belajar
Kategori aktivitas belajar siswa ditinjau dari masing-masing aspek partisipasi yang telah disusun peneliti yang telah ditentukan dan menjumlah siswa yang melakukan aspek partisipasi dibagi dengan jumlah siswa dikali 100%. Indikator keberhasilan pada tahap ini jika keaktifan siswa mencapai 80%.
2.    Peningkatan hasil belajar
a.    Istimewa, apabila nilai yang diperoleh lebih dari 9,45 ( >9,5)
b.    Sangat baik, apabila nilai yang diperoleh antara 8,00 – 9,45
c.    Baik, apabila nilai yang diperoleh antara 6,5 – 7,99
d.    Cukup, apabila nilai yang diperoleh antara 5,5 – 6,49
e.    Kurang, apabila nilai yang diperoleh antara 3,00 – 5,49
f.    Amat kurang, apabila nilai yang diperoleh < 3,00
Yang menjadi indikator keberhasilan tindakan ini adalah bilamana hasil belajar siswa secara kognitif yang sebelumnya kurang dari 7,00  dalam mata pelajaran Akuntansi dapat  mencapai nilai 7,50, secara afektif hasil belajar siswa mempunyai nilai rata-rata B (baik), dan dari segi psikomotor hasil belajar siswa mencapai nilai 7,50.

Tahap-tahap pen…

Tahap-tahap penelitian Contoh Proposal PTK
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran kooperatif………
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus .
Setiap siklus tediri dari perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi.
 
Siklus I
1. Perencanaan Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada tahap ini adalah : Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam PTK. Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil pemebelajaran siswa. Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan akademis, jenis kelamin,maupun etnis. Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan
 
2. Pelaksanaan Tindakan Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar IPA secara kooperatif learning dengan model……
Adapun langkah – langkah yang dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario pembelajaran) Kegiatan penutup Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
 
3. Observasi Pengamatan dilakukan selama proses proses pembelajaran berlangsung dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
 
4. Refleksi Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang ingin dicapai. Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya.
Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II
 
Siklus II Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.